Seorang nenek tua renta mendatangi sebuah masjid. Dengan badan yang sudah bungkuk dan langkahnya yang pelan. Dia berjalan menuju masjid kampung itu. Saat itu waktu masih terang dan sore belum beranjak gelap. Bulan puasa itu seolah menjadi saksi bahwa nenek ini sangat bersemangat hadir di masjid sebelum anak-anak kecil datang untuk TPA dan buka puasa.
Nenek itu telah tiba sebelum para remaja dan pemuda datang untuk menyiapkan kegiatan sore hari di masjid itu. Nenek tua itu mengakrabi masjid dan mencerminkan keinginan kuat untuk bisa hadir sholat berjama’ah di masjid. Dia rela untuk hadir sebelum sore tiba dan tetap menunggu datangnya sholat isyak dan tarawih di masjid itu setelah jama’ah sholat maghrib usai.
Seorang nenek yang menyadari bahwa hidup ini adalah saat untuk membekali diri dengan amal salih. Ketika bertemu seorang pemuda, sang nenek pun mengungkapkan sebuah kalimat berbahasa Jawa yang sangat membekas yang kurang lebih berbunyi, “Simbah iki lagi golek sangu mati…” artinya, “Nenek ini sedang mencari bekal untuk menyambut kematian…”
Saudaraku yang dirahmati Allah, disadari atau tidak kita seringkali terjerumus dalam hal-hal yang merusak dan menghancurkan hidup kita sendiri. Kita tidak sesadar nenek tua itu. Kita tidak secerdas sang nenek. Kita sering lalai bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara dan fana. Akan ada kehidupan setelah kematian yang menuntut pertanggungjawaban. Oleh sebab itu sang nenek dengan nada polos dan penuh keimanan menyatakan, bahwa apa yang dia lakukan adalah suatu hal yang sangat wajar; yaitu mempersiapkan diri dengan amal untuk menyambut kematian.
Bersyukurlah kepada Allah apabila pada saat ini anda masih diberikan taufik untuk memeluk Islam; agama yang sempurna dan mengatur segala sudut kehidupan anak manusia. Agama yang menunjukkan kepada kebahagiaan dunia dan akhirat bagi pemeluknya. Bersyukurlah anda apabila ternyata hari ini Allah masih bukakan pintu taubat untuk anda. Karena taubat tidak lagi diterima ketika nyawa sudah berada di tenggorokan. Bersyukurlah wahai saudaraku atas nikmat kesehatan dan waktu luang yang selama ini Allah curahkan kepadamu…
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dua buah nikmat yang kebanyakan orang terpedaya karenanya; yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Muslim). Banyak orang yang tidak sadar bahwa sehat dan waktu luang adalah kesempatan emas untuk meraup pahala dan membekali diri dengan amal salih dan ketaatan untuk mencari surga. Banyak orang yang lalai dengan nikmat yang Allah berikan kepadanya sehingga waktu terbuang sia-sia dan kesehatan pun dia gunakan dalam hal-hal yang membuat Allah murka kepadanya.
Sungguh bijak perkataan Abu Hazim rahimahullah, “Setiap nikmat yang tidak semakin menambah kedekatan diri kepada Allah, maka itu adalah malapetaka.” Betapa banyak malapetaka hati yang kita ledakkan dan betapa sedikit rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Pantaslah jika Allah menyinggung di dalam kitab-Nya, bahwa ‘sangat sedikit diantara hamba-hamba-Ku yang pandai bersyukur…’ Sebab itulah kenyataan yang sebenarnya…
Setiap yang bernyawa pasti merasakan kematian. Dan setiap insan akan menemui ajalnya, cepat atau lambat. Apabila telah tiba saatnya kematian tidak bisa ditunda ataupun diajukan walaupun hanya satu jam. Setiap yang akan datang itu adalah dekat, dan kematian itu pasti datang, maka kematian adalah dekat. Begitu pula kiamat, kiamat sudah mendekat namun kita selalu terlena dan hanyut dalam kelalaian. Belumkah tiba saatnya bertaubat dan kembali ke jalan Allah?